Jumat, 19 September 2014

Jodoh dan Takdir! Chap 2

Desclaimer:  J.K Rowling
Pair: DracoXHarry
Genre : Romance
Warning: OOC (Out Of Character ), OC (Original Character), typo(s), EYD tidak sempurna, Gender Switch, Harry female, Voldemort dan Nagini mati.
APABILA ADA YANG MEMPERMASALAHKAN APA YANG TELAH DITULIS DI ATAS MAKA AKAN SAYA ABAIAKAN….^-^
“IF YOU DON’T LIKE , DON’T READ , DON’T  ANY BASHING, DON’T PLAGIARIZED, NO FLAME!”
Author: Astia Aoi
Title: Jodoh dan Takdir!
Summary: Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?/Drarry/ Gender Switch, Harry female/ maaf summary jelek.
-.-.-.-.-.-.-.-.-0o0-.-.-.-.-.-.-.-.-

2. Masa Indah

@Spinner’s End, kamar Harry.
Tubuh mungil Harry terbaring diatas kasur, mata hijaunya tertutup rapat tanpa celah sedikitpun, sudah kurang lebih 3 jam Harry belum sadarkan diri. Sementara Severus terduduk lemas sambil menatap wajah polos Harry. Dia merasa kesal pada dirinya sendiri dengan apa yang telah terjadi pada anak laki-lakinya itu. Dia mengepalkan tangannya sekeras mungkin. Beberapa menit kemudian Harry membuka matanya.
“Daddy…. daddy…. daddy dimana?”
Severus segera bangkit dari sofa, mendekati Harry dan duduk di samping kasur, “Yes, Son. Ada apa?”
“Apa yang teljadi daddy? Kenapa kepalaku pusing?”
“Kau meminum minuman ‘aneh’ dari orang yang ‘sama sekali tidak kamu kenal’. Apa kamu tidak pernah mengingat apa yang selalu daddy katakan?”
“Maaf daddy, Hally melupakan apa yang pelnah daddy katakan itu,” ucap Harry dengan penuh rasa penyesalan.
“Sebentar lagi waktunya makan siang, daddy tunggu dibawah,” kata Severus sambil berdiri.
Harry memandang punggung ayahnya yang kini keluar dari kamar, dia benar-benar sangat menyesal. Setelah beberapa menit terdiam dia segera turun dari kasur, membereskan kasurnya lalu berlari ke lantai bawah untuk menemui ayahnya. Setelah sampai diruang tengah-tempat Severus berdiri menunggu Harry-anak itu segera memeluk kaki ayahnya.
“Daddy…. Jangan malah sama Hally ya. Hally ga mau daddy malah,”rajuk Harry.
Severus melepaskan pelukan Harry kemudian berjongkok di hadapan Harry, “Daddy tidak marah padamu son. Hanya saja daddy tidak habis pikir kau melakukan hal seceroboh itu.”
“Ung…. Hally janji ga akan melakukannya lagi,” ucap Harry sungguh-sungguh.
“Daddy pegang janjimu son. Sekarang kamu mau makan apa?”
“Ung…. Es klim daddy,” jawab Harry sumringah.
Ice cream bukan menu makan siang yang baik. Omellete saja.”
“Baiklah daddy, omellete keju ya daddy,” pinta Harry semangat.
“Terserah, kamu tunggu di sofa sementara daddy membuatnya.”
Harry mengangguk dan segera duduk manis di sofa sesuai intruksi ayahnya. Sementara itu Severus dengan sigapnya membuatkan menu masakan favorite anaknya itu, semenjak dia mengasuh Harry dia mulai belajar memasak dari Narcissa Malfoy-meski dengan terpaksa-dan juga dari buku-buku yang dia beli. Kembali ke ruang tengah, Harry yang mulai bosan turun dari sofa dan berjalan menuju dapur.
“Daddy~” panggil Harry dari pintu dapur.
Severus yang masih sibuk memasak hanya menatap wajah anaknya itu.
“Ada apa Harry? Daddy masih memasak, kembalilah duduk di sofa.”
“Tapi daddy~ Hally bosan. Apakah Hally boleh membantu?”
Severus berhenti sejenak lalu mensejajarkan dirinya dengan Harry,” son, bersabarlah. Sebentar lagi daddy selesai. Sekarang kembalilah ke ruang tengah dan duduk manis di sofa, mengerti.”
“Ung…. Baiklah daddy. Maaf Hally ganggu,” setelah berkata seperti itu Harry kembali duduk di sofa dan Severus melanjutkan kegiatannya tadi. Tidak lama setelah itu Severus membawakan nampan berisikan makan siang mereka ke ruang tengah dan memulai ritual (?) makan siang mereka. Setelah selesai makan siang Severus menyimpan semua sisa makan mereka di tempat cuci piring dan membiarkan peri rumah membersihkannya.
“Daddy, nanti malam kita jadi kan ke lumah dlaco?” tanya Harry sambil memegang tangan ayahnya.
“Tentu, lagi pula daddy ada urusan dengan Lucius,” jawab Severus sambil mengusap lembut kepala Harry.
Harry hanya tersenyum senang lalu dia turun dari sofa dan berlari ke kamarnya, beberapa saat kemudian dia membawa boneka serigala dan buku cerita bergambar kesayangannya. Setelah itu Harry bermain sendiri sementara Severus membaca buku ramuan yang belum selesai dia baca.
“Daddy~ “ panggil Harry yang kini sudah ada di depan Severus berusaha naik ke pangkuan ayahnya.
Melihat itu Severus menyimpan bukunya dan menggendong Harry, lalu mendudukan Harry dipangkuannya,” ada apa Harry?”
“Daddy, Hally mau beltanya boleh?” ucap Harry sambil menatap mata hitam Severus.
“Boleh son, mau menanyakan apa?”
“Tadi Hally baca buku, di buku itu dicelitakan kalau kelualga itu teldili dali seolang daddy, Seolang mommy, dan seolang anak. Yang mau Hally tanya, Mommy Hally mana?” tanya Harry dengan polosnya.
Severus yang mendengar itu tersentak, dia belum siap untuk mengatakan yang sebenarnya. Dia takut Harry marah dan tidak mau menerimanya.
“Daddy~ kenapa diam?” rengek Harry.
“Huft, son. Bisakah kita tidak membicarakan hal ini sekarang? Nanti jika kamu sudah berumur tujuh tahun, daddy akan menceritakan semuanya.”
“Ung…. Baiklah daddy, ah iya daddy bental lagi Dlaco ulang tahun. Hally ingin beli hadiah buat Dlaco, tapi apa yang bagus ya?” tanya Harry dengan wajah serius.
Severus tersenyum melihat Harry yang tidak menanyakan masalah tadi,”Apapun yang akan kamu belikan, Draco pasti menyukainya son.”
“Ukh Daddy tidak membantu,” Harry merengut kesal sambil mem-pout-kan bibir mungilnya.
Severus terkekeh pelan melihatnya,”Kalau begitu kenapa kau tidak membelikan sesuatu yang berhubungan dengan arti namanya saja? Kau tahu kan artinya?”
“Ah, IYA BENAL DADDY! Uhm, nama nya kan Dlaco…. Altinya kalau tidak salah NAGA! Benal kan daddy?” tanya Harry bersemangat.
“Hahaha…. Iya Harry, benar,” jawab Severus yang disambut wajah ‘melongo’ Harry yang pertama kali melihat ayahnya tertawa semenjak dia kecil.
“Daddy teltawa…. Huwaaa…. Akhilnya Hally liat daddy ketawa….” Ucap Harry senang.
“Baiklah sekarang kamu harus bersiap-siap untuk pergi ke Malfoy Manor,” perintah Severus sambil menurunkan Harry.
“Baik daddy,” Harry segera berlari ke kamarnya  dan memakai jaket Hijau miliknya.
-.-.-.-.-.-.-.-.-0o0-.-.-.-.-.-.-.-.-
Setelah beberapa menit berlalu mereka berdua tiba di Malfoy Manor. Setelah membersihkan sisa-sisa debu yang menempel di tubuh mereka Severus menurunkan Harry dari gendongannya. Narcissa yang pertama kali menyambut mereka berdua.
“Sev, kenapa lama sekali?” tanya Narcissa sambil memeluk Sahabat suaminya.
“Ada sedikit masalah dan harus segera dibicarakan dengan Lucius,” jawab Severus datar.
“Lucius ada di ruang kerjanya, ah hai Harry! Apa kabar son?” ucap Narcissa beralih ke Harry sedangkan Severus segera menuju ruang kerja Lucius.
“Halo aunt ‘Cissy, aku baik-baik saja meski tadi Hally pingsan,” jawab Harry polos.
“Kenapa? Apa yang terjadi? Apa kamu sakit Harry?” tanya Narcisa khawatir.
Harry menggelengkan kepalanya,”Aku melakukan hal celoboh aunt ‘Cissy.”
“Hal ceroboh? Apa itu son?” tanya Narcissa.
Sebelum Harry menjawab Draco mendekati Harry,”Harry! Huwaaa…. Akhirnya kau datang juga.”
“Halo Dlaco, solly lama hehehe….” Sapa Harry disertai cengiran khas miliknya.
“Ga apa-apa kok Harry, ayo Harry kita main. Mom, kita main di kamarku ya, dadah,” ucap Draco sambil menarik tangan Harry menuju kamarnya.
Narcissa menggelengkan kepalanya. Sikap Draco memang selalu berubah un-Malfoy-ish jika sudah bersama sahabat baiknya-Harry-.
*
#
*
Di ruang kerja Lucius,
“Jadi, apakah ada perubahan yang terjadi pada tubuh Harry, Sev?” tanya Lucius.
“Sekarang tidak ada sama sekali, hanya saja aku Khawatir dengan kesehatan dia di masa yang akan datang. Huft…. Ini semua keslahanku,” jawab Severus menyesal meski wajahnya tidak berubah.
“Sudahlah, ini semua sudah terjadi mau bagaimana lagi.” Kata Lucius.
“Ya…. Tadi Harry menanyakan masalah ibunya, dan kujawab ketika dia berumur tujuh tahun aku baru akan menjelskannya.” Ungkap Severus.
“Kenapa?” tanya Lucius singkat.
“Mungkin karena aku belum siap untuk itu.”
“Lalu kapan kau akan mulai mengajar?”
“Awal September nanti, dan aku menitipkan Harry padamu mate.”
Lucius hanya mengangguk lalu kembali membaca perkamen-perkamen yang semenjak tadi terbengkalai.
*
#
*
Kamar Draco…
“Harry, nanti kau akan tinggal di sini kan selama uncle Sev mengajar?” tanya Draco sambil bermain dengan snitch.
“Iya, Hally untuk sementala tinggal di manol dulu. Kenapa, Dlaco tidak suka?” tanya Harry menatap wajah sahabat baiknya dengan perasaan yang was-was.
Draco belik menatap Harry,”Hahahaha…. Mana mungkin aku ga suka, malah aku senang kamu bisa bersama denganku,” jawab Draco tersenyum.
Mendengar itu Harry hanya menunjukan cengiran khasnya. Melihat itu Draco menyimpan mainannya dan mendekati Harry. Setelah mendekat Draco duduk di depan Harry, Harry diam dan tidak bereaksi sama sekali.
“Harry, kamu sayang ama Draco ga?” tanya Draco lembut sambil menatap mata Emerald Harry.
“Iya, Hally saaaanggaaattt…. Sayang Dlaco,” jawab Harry senang.
“Benarkah? Wah senangnya…. Kalau begitu Harry harus berjanji untuk tidak meninggalkan Draco dan bersama Draco terus selamanya dalam suka maupun duka.” Kata Draco sambil mengacungkan jari kelingkingnya.
“Hu’um, Hally janji akan ada di sisi Dlaco selamanya dalam suka maupun duka. Dlaco juga yaa….” Jawab Harry semangat sambil mengaitkan jari kelingkingnya.
“Hu’um,” gumam Draco sambil menggerakan jarinya yang bertaut. Setelah itu Draco mencium bibir Harry sekilas sukses membuat Harry merona.
“Unh, Dlaco nakal~” ucap Harry yang masih merona, sedangkan kini tangannya dipegang erat oleh Draco.
“Biarin, itu biar kamu tetep tepati janjimu,” kata Draco dengan seringai diwajah tampannya.
Tanpa mereka sadari di balik pintu yang terbuka sedikit, dari tadi Narcissa melihat semuanya. Dia tersenyum melihat adegan itu,’semoga tidak terjadi hal yang sangat buruk kepada mereka berdua,’ batin Narcissa.
TO BE CONTINUED…..
Ok akhirnya chapter kedua selesaiiii….mohon maaf sebesar-besarnya atas keterlambatan ff ini…. Banyak kendala juga sih…hehehe.
Semoga readers puas, dan bagi readers yang ga suka Harry jadi cewek saya mohon maaf, dan karena sudah tertulis di Warning dengan Bold dan huruf kapital saya tidak akan berkomentar banyak….

Akhir kata saya menunggu Review anda semua wahai Readers……^.^v

0 komentar:

Posting Komentar

 
;